JAKARTA, LINTASPENA.COM – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menghadiri peringatan Nuzulul Qur’an Kemenag. Yaqut sempat menyinggung soal keberangkatan jemaah haji asal Indonesia tahun ini.
“Bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur’an ini perlu kami sampaikan bahwa setelah dua tahun kita tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemi Covid-19, alhamdulillah atas ikhtiar dan doa kita semua di tahun ini kita akan memberangkatkan kembali jemaah haji dengan kuota 100.051 jemaah dan 1.901 petugas yang insyaAllah akan kita berangkatkan di kloter pertama tanggal 4 Juni 2022,” kata Menag dalam siaran YouTube Kemenag, Selasa (19/4/2022).
Yaqut kemudian menyinggung soal kemuliaan Al-Qur’an. Dia menyebut Al-Qur’an sangat dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia.
Baca Juga : Pengangkatan Serta Pengambilan Sumpah Advokat FERARI Medan Berjalan Baik & Sukses
“Pada malam hari ini kita memperingati nuzulul Qur’an tingkat kenegaraan sebagai bagian dari upaya mengingatkan betapa mulianya ajaran Alqur’an bagi bangsa Indonesia. Turunnya Alqur’an atau nuzulul qur’an telah diperingati secara rutin oleh bangsa Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa Alqur’an begitu dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia, spirit Alqur’an pula telah yang membawa Indonesia sebagai bangsa yang berhasil merawat keberagaman sebagai harmoni yang begitu indah,” kata Yaqut.
Yaqut memaparkan merawat harmoni adalah perintah Alqur’an. Hal itu, kata dia, telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa.
“Karena merawat keragaman menjadi harmoni adalah perintah Alqur’an dan telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Peran umat Islam dalam merawat keragaman Indonesia adalah bentuk nyata kemuliaan Alqur’an yang sejak awal menegaskan kehadirannya sebagai petunjuk bagi umat manusia,” jelasnya.
Baca Juga : Pengadilan Tinggi Medan Mengambil Sumpah Advokat FERARI
Keberagaman dalam hidup, menurut, Yaqut adalah sebuah keniscayaan. Dia menilai tidak ada sebuah zaman yang hidup dengan hanya satu pemahaman.
“Kita tidak hanya beragam dalam bahasa dan warna kulit, namun juga beragam dalam keyakinan dan pemahaman, maka tak pernah ada sebuah zaman yang seluruh anak zamannya berada dalam sesuatu pemahaman yang satu. Al-Qur’an datang dan menjelma sebagai pemersatu keragaman tersebut,” tuturnya.
“Ketika bangsa-bangsa Arab berselisih tentang siapa yang lebih mulia, Al-Qur’an datang dengan konsep kesetaraan hak dan tanggung jawab tanpa membedakan warna kulit. Bahwa setiap orang tidak pernah benar-benar lebih mulai dari orang lain kecuali karena kualitas taqwanya. Al-Qur’an merangkul semua umat manusia tanpa membedakan warna kulit dan dari mana dia berasal,” imbuhnya.
Baca Juga : Direktur Lalu Lintas Polda Riau Kombes Firman Ingatkan Masyarakat yang Mudik Lebaran
Menurut Yaqut, Alqur’an telah dipelajari di Indonesia sejak usia dini. Dia menambahkan bahwa spirit Alqur’an sangat tepat untuk dijadikan panutan.
Dalam konteks ke-Indonesiaan Alqur’an sudah sangat dikenal, bahkan dipelajari sejak usia dini. Begitu pula dengan kajian-kajiannya telah lahir karya-karya ulama nusantara yang bersumber dari Alqur’an dan memberi warna harmoni Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa spirit Alqur’an sesungguhnya sangat tepat untuk kita jadikan panutan dalam merawat keragaman dan harmoni.
Source : Detik.com
(VLH)